![]() |
Sebuah kesotoyan di awal pandemi (@danesyajuzar) 😔 |
Pingin nulis ini karena tadi pagi ikutan ngobrol bareng ibu-ibu di aplikasi social club sambil nunggu anak sekolah. Sebenernya banyak sekali yang pingin dibahas tapi berhubung rempong sambil ngangon bayi dan nemenin bocah sekolah gak sempet ngobrol terlalu panjang, jadi kita tulis disini aja ya.
Jujur aku salah satu orang yang menikmati pandemi, di rumah sama keluarga, gak usah dandan, gak perlu ketemu orang, apalagi emang udah 2 tahun terakhir ini ansos, jadi ya nyaman banget. Tapi salah satu hal yang paling membuat mamak stress di pandemi ini adalah......
SEKOLAH DI RUMAH!
Jujur biasanya waktu sekolah (offline) anak merupakan me-time ternikmat buat saya. Bisa santai-santai tanpa ada yang teriak-teriak maupun gelendotin. Kadang nyelipin tidur, atau mengerjakan kerjaan. Walaupun saya senang segala yang berbau parenting, terutama stimulasi dan kegiatan anak, tapi jujur aja kalau 24 jam bersama dengan 3 anak dibawah 7 tahun itu lelah banget ya. Lelahnya lebih secara mental dibanding fisik.
Awal-awal homeschooling jujur peaceful banget.. Kakak manis, bantuin adik, adik semangat bisa pegang tab. Tenang damai. Tugas juga belum banyak. Kusempat dengan sotoynya post foto kakak dan abang berdampingan sekolah online dengan damai.
Anak-anak yang tadinya hari sekolah hanya boleh nonton weekend, lama-kelamaan, mulai ngerti operasiin tabnya dengan mute unmute, buka tutup browser dengan youtube, games, dan teman-temannya....
AMBYAR..
Aku dititik kritis ingin menangis.. Bukan ingin sih, alias sudah sering menangis...
Adiknya 3 tahun yang juga tadinya gak pegang hp dan tab plus semangat sekolah juga jadi ngintip dan ingin tau kakaknya ngapain kok ya seru, belajar juga buka tutub youtube, aplikasi game dst.
Belum lagi kalau duduk berdekatan caplok-caplokan atau saling teriak-teriak dan pukul-pukulan...
Jamnya kedua anak sekolah juga merupakan jam tidur bayi 9 bulan, yang tipe tidurnya gak boleh ada suara sedikitpun plus clingy maunya nempel.. LENGKAP SUDAH...
Blum ngejar-ngejar bikin tugas adalah salah satu hal yang paling kusebelin dari school from home ini karena selalu berakhir dengan pertikaian... h e l p..
Kalau ngikutin blog ini dari awal banget, I'm all about positive vibes, karena memang maunya berbagi manfaat kebaikan. Namun perjalanan hidup banyak merubah diriku jadi... hmm... I don't wanna say grumpy (altho it's true) but more realistic? Jadi ya jujur aja sih ini yang aku rasakan dan blog ini memang sekarang purposenya untuk journaling.. Karena udah coba journaling di buku tapi karena tulisannya jelek jadi pusing sendiri haha lebih menikmati nulis disini. Karena ini sifatnya journaling, jadi ampuni typo dan grammatical error yahhh mentemen.
Walaupun sering banget stress dan komplain mengenai sekolah di rumah selama pandemi, but I'm trying very hard to make ammends. Aku bener-bener gak mau anak trauma sama kita sebagai orang tua, trauma sekolah , dan trauma belajar. Jadi walaupun (hampir) setiap hari gagal, aku mau mencoba untuk menjadi lebih baik lagi.
Beberapa solusi pribadi (yang masih work in progress) untuk mengurangi drama school from home:
- Morning Routine
- Baca ulang buku parenting
- Print yang besar atau tulis quotes atau key point di screensaver dan notes hp:
- Pindah sekolah! Unchooling for early years & homeschooling for kakak?
- Kasih ke bapaknya? 😂
- LOWER YOU EXPECTATION
- Jangan lupa BERDOA!
Ya sesungguhnya betapa keraspun kita berusaha, Allah maha melembutkan hati. Jadi kita gak bakal bisa berupah tanpa bantuaNya. Jangan lupa ikhtiar didukung dengan berdoa pada Allah untuk dilimpahkan kesabaran, dan dilembutkan lisan serta hatinya. Bismillah.
Sebuah saran yang sangat personal dan mungkin beberapa gak relate sama keseharian buibu sekalian. Tapi sungguh mengeluarkan unek-unek ini membuat lega. Feel free to share your experiences with school from home in the comment section below, or better yet, the solution! Siapa tau bisa saling membantu. Kalau kata Fitrah Based Education, Allah menginstal insting dan pengetahuan kita sebagai orang tua setiap kita melahirkan, jadi customized tu kemampuan parenting kita untuk tiap anak, jadi mustinya udah ada di dalam diri, tinggal muhasabah dan menggali fitrah dan potensi diri. Bismillah for a better day as Ibu Guru Mama! Semangat!
No comments
Post a Comment