Artikel ini saya (Irna) tulis karena ini merupakan salah satu hal yang paling banyak ditanyakan orang kepada saya. Ketika kita hamil seringkali kita terlalu fokus pada kehamilan dan bagaimana nanti kita akan mengurus toddler dan bayi sekaligus setelah melahirkan. Padahal disaat kita hamil anak kedua, menyikapi perubahan status anak untuk menjadi kakak juga sangat penting lho. Perubahan ini adalah suatu hal yang cukup besar baginya dan butuh persiapan khusus. Tentunya persiapan yang dilakukan berbeda-beda, tergantung umur anak dan tingkat kematangan emosinya.
Berdasarkan pengalaman saya, dimana saya memiliki 4 anak dengan jarak usia kurang lebih dibawah 2 tahun, persiapan ini cukup sulit untuk dilakukan karena anak belum terlalu bisa diajak komunikasi efektif. Ditambah lagi, mereka memasuki fase tantrum, dimana mereka mulai mengenali emosi-emosi dan sangat suka untuk mengekspresikannya dengan berlebihan. Jika anak sudah berusia diatas 3.5 tahun, mereka biasanya sudah cukup antusias untuk punya adik dan bisa diajak berkomunikasi dengan efektif.
Jadi saya akan mencoba untuk berbagi beberapa tips untuk mempersiapkan anak menjadi kakak, sesuai dengan tahapan usianya.
1-2 Tahun
- Berikan informasi yang singkat. jangan harapkan anak akan mengerti jika kita ceritakan terlalu detail. Cukup katakan hal-hal singkat kepada mereka seperti "Perut mama ada baby-nya, kakak mau kiss?" atau "Nanti baby-nya akan tidur di box ini ya".
- Sering-sering ajak dia untuk playdate dengan anak lain yang sudah mempunyai adik bayi, dan biarkan dia pelan-pelan mengamati lalu berinteraksi dengan bayinya.
- Bacakan buku tentang bayi atau tentang siblings untuk memberikan dia gambaran tentang yang akan dia hadapi dan alami.
- Tunjukan foto-fotonya saat bayi dan ceritakan bagaimana bahagianya mama papa saat dulu menyambut dirinya, dan bagaimana sekarang kita juga sangat bahagia menyambut kelahiran adik bayi
- Jangan memaksakannya untuk memberikan barang-barang yang dia pakai kepada bayi seperti stroller, bouncer, mainan, dll. Anak pada usia ini belum mengerti tentang sharing dan memaksakannya adalah bukan ide yang baik.
3-4 Tahun
- Sering-sering ajak anak mengobrol tentang adik bayi. Mungkin tidak setiap saat dia akan tertarik, tetapi siapkan jawaban-jawaban singkat dan positif untuk beberapa pertanyaan seperti:"Bayinya bisa dengar aku tidak?", "Bayinya makan apa di dalam perut mama?"
- Selalu gunakan kata-kata yang positif dan mudah dimengerti untuk menjelaskan tentang kondisi kehamilan. Ketika saya harus bedrest karena placenta previa kemarin, saat diajak bermain saya hanya sedikit menjelaskan kepada anak-anak "Kita main disini saja ya, karena mama harus tiduran biar adek bayi bisa istirahat dengan tenang didalam perut mama"
- Libatkan anak untuk mempersiapkan kebutuhan bayi, dari membeli dan memilih pakaian, mempersiapkan stroller dan box bayi, sampai mencari nama bayi.
- Ajak anak untuk ikut kunjungan rutin ke dokter dan biarkan dia bertanya macam-macam saat melihat USG.
- Biarkan anak sering-sering memegang perut dan merasakan gerakan bayi, lalu tanyakan pertanyaan-pertanyaan ringan seperti "Menurut kamu bayinya sedang apa ya di dalam perut mama?"
- Luangkan waktu lebih banyak bersama anak, terutama di minggu-minggu terakhir kehamilan. Wajar jika ia menjadi lebih clingy dan needy. Tidak perlu merasa khawatir dia akan menjadi rewel saat bayinya lahir, dengan meluangkan banyak waktu untuknya justru akan membuat dia lebih siap untuk berbagi dengan adiknya nanti.
- Mendekati due date, jangan lupa menyiapkan gift "Selamat sudah menjadi kakak". Tidak harus yang besar ataupun mahal, tapi dibungkus dengan rapi. Karena nanti saat lahir sang adik akan mendapat banyak kado, sang kakak dibawah sadar akan ada rasa iri hati. Dengan ingat memberikan kado padanya, walaupun kecil sekalipun, sang kakak akan merasakan perhatian kita. Ini berlaku untuk seluruh usia, bukan hanya 3-4 tahun.
Secara umum, pada fase ini anak akan mengalami perubahan yang cukup besar pada dirinya. Selama ini dia biasa mendapatkan semua perhatian, nantinya harus berbagi. Karena itu pahamilah perasaannya dan bantulah ia untuk mempersiapkan dirinya. Lebih baik untuk tidak melakukan perubahan-perubahan lain yang bisa lebih membebankan dirinya seperti memaksakan memakai atau berganti pengasuh, berganti sekolah, pindah rumah, dan sebagainya. Hal-hal tersebut bisa jadi lebih membuat anak menjadi lebih emosional.
Beberapa persiapan tersebut penting untuk dilakukan tetapi tentunya tidak menjamin kalau peralihan besar ini akan menjadi mulus ya. Akan banyak sekali tantangan lain diluar ekspektasi yang akan dihadapi pada saat si bayi sudah lahir nanti. Karena itu selain mempersiapkan anak kita, jangan lupa untuk mempersiapkan mental diri sendiri juga ya. Karena seberat apapun tantangannya, jika kita menerimanya dengan ikhlas dan tenang pasti tidak akan terasa sulit. Selamat menjalani kehamilan yang menyenangkan!
waaah noted mba Irnaa :) aku tahun ini mau program hamil anak kedua, hehee terima kasih sharingnyaaa
ReplyDeletewww.inkaparamita.com