SLIDER

ZHAFIRA LOEBIS TAKES ON ENTREPRENEURSHIP & MOTHERHOOD


Sudah lama mengaggumi pasangan suami istri Fira & Arlo. Mulai dari parenting style, hingga keberanian mereka bersama-sama meninggalkan pekerjaannya di corporate world dan menjadi founder dari Babyloania.com. Disini Fira berbagi mengenai motherhood, serta perjalanan karirnya sebagai entrepreneur...

Hi Fira! Bisa ceritakan sedikit mengenai background edukasi dan perjalanan karir kamu, sebelum mendirikan Babyloania?
Aku kuliah S1 jurusan Hukum di FHUI, setelah itu bekerja sebagai Corporate Lawyer sampai hampir 3 tahun, lalu ambil S2 Corporate Law di Columbia University di New York, setelah itu bekerja lagi sebagai Corporate Lawyer di sebuah Law Firm di Jakarta. 

Aku menikah di tahun 2012. Saat hamil, aku membuat list barang-barang bayi bersama suami. Kami kaget, kok barang-barangnya mahal dan banyak sekali yang harus dibeli. Selain itu, barang bayi kebanyakan ukurannya besar sehingga perlu space yang besar di rumah untuk menyimpannya, padahal dipakainya hanya sebentar. Menurut kami, hal ini sangat tidak efisien. Kami mencoba memikirkan solusinya dan kemudian muncul ide untuk menyewakan barang bayi. Dengan menyewa, orangtua bisa menghemat biaya dan juga tempat di rumah. Akhirnya kami berdua membuat Babyloania.com dengan tujuan to make parenting easier for everyone dan membantu para orangtua untuk dapat memberikan yang terbaik untuk anaknya dengan harga yang affordable.

Apa yang membuat kalian berdua, sepasang suami istri berani untuk sama-sama keluar dari full time job yang promising, dan menjadi entrepreneur?
Waktu itu aku sebagai Corporate Lawyer dan Arlo bekerja di Mining Company. Memang nggak mudah untuk memutuskan sama-sama resign dan membangun startup berdua, namun dengan Babyloania kami ingin bisa membantu sebanyak mungkin orang, terutama para orangtua muda seperti kami yang ingin memberikan barang bayi dengan kualitas tinggi namun dengan harga yang affordable.

Waktu Alaia baru lahir di tahun 2014 dan saat saya sedang cuti melahirkan, kami memberanikan diri untuk launch website-nya. Dalam sebulan kami lihat bagaimana tanggapan dari customers. Apakah ada atau tidak yang mau menyewa. Ternyata dalam sebulan kami melihat tanggapannya baik, dan kami berdua sama-sama memutuskan untuk resign dan bekerja full time di Babyloania. Kami harus berani karena kami pikir, kalau tidak sekarang kapan lagi? Kami percaya, selama kami fokus pada visi dan misi Babyloania, we should be able to works things out.

Setelah dijalankan, apa menurut kamu tantangan terbesar dari menjadi entrepreneur? 
Berbeda dengan Arlo, saat mendirikan Babyloania aku belum punya pengalaman menjadi entrepreneur sebelumnya. Jadi, banyak sekali hal-hal baru yang harus kupelajari dengan sistem learning by doing. Untuk mengatasi hal ini, aku banyak baca buku dan ambil online courses, yang banyak sekali yang gratis. Selain itu, aku berusaha bertemu sebanyak mungkin orang untuk tukar pikiran dan belajar, terutama dengan teman-teman yang entrepreneur juga. Intinya, tantangan terbesar aku adalah dalam waktu yang cepat aku harus catch-up dengan berbagai macam aspek bisnis seperti marketing, sales, human resource, bahkan belajar coding.


Bagaimana rasanya bekerja bersama suami? Apa tantangan terbesarnya dan bagaimana menanggulanginya? 

Kami menganut prinsip divide and conquer, hehe. Artinya, semua pekerjaan dibagi dua dan tidak ada yang bercampur kewenangannya. Semua yang dibelakang layar, seperti Operations, IT dan Finance itu tanggung jawab Arlo. Namun untuk yang berhubungan dengan customers seperti Customer Relations, Marketing dan PR, itu tanggung jawab aku. 

Alhamdulillah aku dan Arlo nggak pernah berantem, karena dari awal kita membagi tugas dengan baik. Sehingga kalau sedang diskusi, keputusan akhir akan ada di tangan penanggung-jawabnya.  So far, we work very well as a team, baik sebagai orang tua maupun partner bisnis. We don’t sweat the small stuff dan selalu berusaha mengedepankan logika.


Apa sih hal yang paling kamu sukai dari menjadi entreprenuer? 

Ada dua hal, yang pertama I feel like we’re helping hopefully a lot of people. Saya senang sekali kalau ada customer yang bilang kalau mereka merasa terbantu dengan pelayanan Babyloania.

Yang kedua adalah fleksibilitas waktu. Sekarang kami bisa mengatur semuanya sendiri, kapan kami bekerja, kapan kami alokasikan waktu untuk keluarga dan mengurus anak.

Ngomong-ngomong waktu, bagaimana sih cara kalian membagi waktu dengan anak dan pekerjaan? Bisa ceritakan schedule kalian dalam satu hari?

Beberapa bulan yang lalu kami memutuskan untuk tidak pake pengasuh, karena Alaia sudah semakin besar dan kami ingin meluangkan waktu lebih banyak bersama Alaia terutama di golden period-nya. Pengasuh Alaia akhirnya kami rekrut menjadi staff Babyloania. Senang sekali sekarang dia sudah mulai bisa pakai komputer dan bekerja di warehouse. Sementara, Alaia full time sama kita. Bagimana caranya? Kami terinspirasi dari salah satu buku yang Arlo baca mengenai efesiensi, bahwa hidup ini harus dilakukan seefesien mungkin termasuk dalam urusan waktu. Jadi, kami perbanyak jadwal rutin dan minimalisasikan hal-hal yang tidak rutin. 

Contohnya, jadwal antar-jemput sekolah anak yang awalnya banyak ketidakpastian. Dulu kami saling tanya, siapa yang bisa antar atau jemput Alaia di hari tertentu? Kadang, kami sudah sama-sama keburu membuat janji untuk bertemu orang di waktu yang sama, sehingga salah satu dari kami harus me-reschedule meeting tersebut agar bisa antar atau jemput Alaia. Akhirnya, sebagai solusi untuk masalah tersebut, kami buat jadwal yang rutin. Senin dan Rabu aku yang antar jemput Alaia sekolah, Selasa dan Kamis giliran Arlo.

Setiap hari Senin dan Rabu, selama Alaia sekolah dari pagi aku fokus bekerja sampai waktu pulang sekolah jam 2 siang. Kalau mau atur waktu meeting juga disaat Alaia sekolah. Lumayan, bisa bekerja 6 jam sampai siang. Setelah pulang sekolah sampai malam Alaia tidur jam 7.30, aku fokus untuk spend quality time sama Alaia dan tidak bekerja. Setelah Alaia tidur, aku bisa lanjut bekerja lagi. 

Oh iya! Kalau aku yang sedang bertugas antar Alaia sekolah, sejak Alaia bangun sampai masuk ke mobil itu full Arlo yang mengurus, dari menyiapkan perlengkapan ke sekolah, membuat dan menemani sarapan, sampai siap berangkat sekolah. Setelah Alaia berangkat sekolah, Arlo bisa bekerja sampai sore.

Lalu hari Selasa dan Kamis giliran Arlo yang antar-jemput sekolah dan aku bisa bekerja full sampai sore. Kami usahakan untuk bisa dinner bersama di rumah, tapi kalau memang nggak memungkinkan, nggak apa-apa. Hari Jumat kami bagi dua. Jadi kalau yang antar sekolah aku, yang jemput Arlo, begitu sebaliknya. Komitmen untuk hari Jumat adalah wajib makan malam bersama. 

Sabtu dan Minggu full untuk keluarga dan quality time berdua, hehe. Kadang-kadang kami bisa selipkan kerja kalau Alaia sedang bermain dirumah kakek-neneknya. Challenging banget memang, karena harus full bekerja dan full sama anak. Jujur, awalnya terasa capek. Tapi, setelah 2 minggu penyesuaian, kami merasakan lebih efisien dan happy banget karena saat melakukan setiap hal bisa benar-benar fokus dan nggak terpecah-pecah konsentrasinya. Kami jadi lebih disiplin juga dengan pekerjaan, rutinitas dan waktu. Happy banget karena kami bisa memastikan untuk bisa spend quality time as a family setiap harinya.


Sekarang, kami bisa mendapatkan work-life integration, dimana waktu bekerja dan pribadi bisa kami atur sedemikian rupa setiap harinya agar bisa sama-sama dijalankan.


Siapa sih inspirasi kalian dalam berbisnis?
Aku suka sekali membaca autobiography dan aku banyak baca buku biografi pebisnis atau startups. Aku salut banget dengan Warren Buffet. Dia berprinsip bahwa dia nggak pernah berhutang dalam hidupnya. Aku juga amazed dengan banyak orang, misalkan Jeff Bezos yang punya Amazon, merupakan salah satu inspirasi aku sama Arlo untuk memberanikan diri untuk resign dan membangun Babyloania. Dia meninggalkan pekerjaannya untuk membuat Amazon, padahal saat itu internet belum seperti sekarang. Tapi dia bilang kalau tidak dicoba, di umur 80 tahun nanti dia akan menyesal tidak pernah membuat Amazon. Dia ingin menghindari adanya penyesalan dalam hidupnya. Buku Delivering Happiness tentang Zappos juga merupakan salah satu yang aku suka. Prinsip customer service-nya bagus sekali karena fokus pada kebahagiaan dan kepuasan pelanggannya, dan hal tersebut kami coba implementasikan di Babyloania.

Kalau boleh tau, tim Babyloania sudah semakin banyak. Apa requirement-nya untuk bergabung di Babyloania?

Kami mencari orang yang memiliki visi yang sama dengan Babyloania, yaitu to help other parents provide the best things for their kids dengan biaya yang affordable. Gak harus dengan menyewa barang saja sih nantinya, bisa dengan cara apa saja. 

Aku perhatikan working environment di Babyloania sangat menyenangkan. Apa yang kalian lakukan agar itu bisa tercapai?
Kami ingin seluruh anggota tim Babyloania merasa bagian dari keluarga Babyloania. Oleh karena itu, sangat penting bagi kami agar seluruh tim Babyloania merasa nyaman dan memiliki semangat yang sama untuk bekerja sama sebagai suatu tim.

Kalau dari cara bekerja sendiri, kami menerapkan sistem remote working. Karena dulu waktu saat kerja kantoran kendalanya adalah waktunya kurang fleksibel, jadi sekarang ketika kita punya usaha sendiri kami ingin sebisa mungkin seluruh karyawan kami waktunya juga fleksibel. Jadi kerjaan apapun yang bisa dikerjakan di rumah tidak perlu datang ke kantor, yang penting setiap orang memenuhi tanggung jawab masing-masing. 


Menurut kami, yang paling penting adalah lancarnya komunikasi. Dengan adanya teknologi seperti sekarang ini, kami bisa menggunakannya untuk mendukung kinerja dan komunikasi tim kami.


Setidaknya sekali seminggu kami ada meeting dengan setiap tim dan ada meeting tim besar juga setiap bulannya untuk brainstorming. Mudah-mudahan dengan cara bekerja seperti ini, seluruh anggota tim juga bisa menjalankan hidup yang efisien dan semoga lebih happy. 


Kami sering juga melakukan team building dengan cara-cara yang simple, misalnya piknik sama anak-anak ke Kebun Raya Bogor, atau orang tuanya saja karaokean, atau lunch bersama. Kami juga sering bertukar pikiran dan sharing informasi mengenai parenting. Setiap meeting kalau ada yang mau bawa anaknya juga dipersilahkan, kids are welcome.


Apa yang ingin kamu capai dengan Babyloania 5 tahun lagi?

Menjadi global player, ingin lebih banyak memberikan informasi dan menyewakan barang-barang yang educational dan mendukung tumbuh kembang serta pendidikan anak. 





As you know, I'm a big fan of your parenting style! Boleh gak sharing dengan readers PM mengenai parenting style kalian?

Sebenarnya tidak ada parenting style khusus. Tapi semenjak Alaia sekolah, kami banyak belajar di sekolah-nya. Mereka memiliki metode tidak menyuruh, melarang, dan memarahi anak. Awalnya aku pikir nggak mungkin, namun setelah dipelajari dan melihat contoh perilaku guru ke anak ternyata bisa. Menurut aku, kesimpulannya kita harus mengenal anak dan tahap perkembangannya supaya bisa tahu bagaimana cara berkomunikasi yang efektif dengan anak. 

Dengan Alaia, kami berbicara dengan bahasa baku, SPOK. Awalnya memang sulit, tapi kami sangat merasakan manfaatnya. Alaia jadi lebih mudah mengungkapkan perasaannya, dan hal ini sangat membantu kami untuk mengerti masksud dan keinginannya. 

Contoh tidak melarang adalah misalkan Alaia sedang berdiri di kursi, bukannya bilang “Alaia jangan berdiri di kursi”, aku bisa bilang “Alaia, ini kursi, kursi itu gunanya untuk duduk”. Jadi sebenarnya memberitahukan hal yang sama namun pendekatannya berbeda. So far, pendekatan seperti ini untuk kami jauh lebih efektif. Kami selalu mencoba menjelaskan kaitan benda dengan fungsinya. Meskipun masih kecil, lama kelamaan mereka akan mengerti. Kita hanya perlu banyak bersabar, hehe.

Kami juga berusaha mengenalkan sebanyak mungkin science ke Alaia. Misalnya kami menyediakan 3 bak air berwarna merah, kuning dan biru, lalu kami sediakan berbagai macam botol, wadah, sendok dan corong. Dengan menuang dan mencampur warna air, Alaia bisa menemukan warna baru. Misalnya, merah dicampur kuning menjadi jingga. Biru dicampur merah menjadi ungu. Ia juga bisa belajar matematika, misalnya berapa sendok perlu dituangkan sampai suatu botol penuh dengan air. Kami berusaha melakukan indirect teaching sehingga anak menemukan sendiri apa yang dipelajarinya.

Budaya membaca buku juga sangat penting bagi kami. Kami menaruh buku di berbagai tempat di rumah, agar Alaia dengan mudah bisa mengambilnya. Sebelum tidur, kami membiarkan Alaia memilih setidaknya dua buku untuk dibaca bersama.

Sebagai orangtua, kami terus berusaha belajar mengenai cara mendidik anak dan pentingnya pendidikan anak usia dini, mulai dari membaca buku, artikel dan juga mengikuti seminar dan training.


Apakah pernah melewati masa dimana Alaia tantrum dengan metode ini?
Tentu. Yang aku pelajari adalah kita perlu memahami tahap perkembangan anak. Salah satu training yang kami ikuti di sekolah anak membahas mengenai tahap perkembangan anak dari 0-18 tahun. Disitu sangat membuka mataku, bahwa ada usia-usia anak yang kalau kita tidak mengerti seolah-olah ngeselin, padahal harus dilewati setiap anak dan ada manfaatnya. Seperti usia 2-3 tahun akan timbul sifat agresif, tantrum, merebut, memukul, dan ternyata sifat tersebut penting dan harus dilewati oleh setiap anak. Manfaatnya adalah melatih membangun kepercayaan diri anak dan kemampuan anak mempertahankan haknya saat dewasa nanti. Mengetahui hal ini, kami sebagai orangtua bisa lebih tenang menghadapinya.

Jadi kalau hal itu sedang terjadi, misalkan Alaia merebut mainan anak lain, instead of bilang “Alaia nggak boleh rebut”, kami bisa bilang “Alaia, kita bisa bergantian” dan jelaskan konsep perlunya minta izin terlebih dahulu. 


Untuk sekarang apa sih permainan favorit Alaia?
Selain sensory play, sekarang Alaia sedang suka pretend play, misalnya masak-masakan, pura-pura makan, pura-pura belanja. Dalam bermain, kami coba arahkan agar setiap kegiatan ada urutannya sedetail mungkin, seperti in real life. Misalnya mau pura-pura makan, bagaimana cara menata mejanya, sendok dan garpu di sebelah mana. Sebelum makan kita berdoa, dan setelahnya kita cuci piring. Kalau pura-pura masak, sebelum masak makanannya perlu dicuci dulu. Kalau pura-pura belanja, sebelum berangkat ke pasar kita buat list belanja, lalu setelah menemukan barang belanjaan kita bayar di kasir.

Ketiga kegiatan di atas juga bisa dibuat berurutan, misalnya pura-pura belanja dulu, lalu sampai rumah pura-pura masak hasil belanjaannya, lalu kita pura-pura makan. Dari kegiatan ini banyak sekali komunikasi dan tanya-jawab yang bisa aku lakukan sama Alaia. Misalnya, jika Alaia bilang mau masak ikan, aku bisa tanya, “Hari ini kita mau masak ikan apa?” lalu bahas macam-macam ikan dan ciri-cirinya. '


Untuk yang ingin mengenal lebih dekat Zhafira Loebis, bisa cek blog-nya di zloebis.worpress.com, disitu ia berbagi mengenai perjalanannya sebagai entrepreneur, serta sebagai bunda dari Alaia.

No comments

Post a Comment

© Productive Mamas Blog