Hi Ria!
Boleh ceritakan sedikit mengenai perjalanan karir Ria, sebelum di Cotton Ink?
Dulu
aku guru piano klasik di YPM untuk anak-anak, karena memang pernah belajar
piano klasik selama 14 tahun. Lalu pernah jadi sales assistant di
Seven Oh Seven. Tapi pekerjaan tersebut aku lakukan sembari kuliah.
Kalau
Cotton Ink sendiri aku mulai saat sedang tugas akhir. Carline Darjanto, sahabat
aku dari SMP sudah lulus duluan dari LaSalle College. Lalu Carline mengajak
membuat bisnis bersama. Selama ini memang gak pernah membayangkan diri aku
untuk kerja kantoran, sehingga sangat excited dengan ide
Carline.
7 tahun
yang lalu produk pertama kami adalah Obama Tshirt. Semua kami kerjakan sendiri,
mulai dari design, sampai foto. Lalu kamu mulai aktif ikut bazaar Brightspot.
Carline memang fashion designer, jadi aku rasa memang sudah
panggilan dia untuk design baju. Awalnya kami hanya buat bahan
kaos, tapi lama-kelamaan kami membuat ready to wear collection dengan
berbagai macam bahan.
Bisa
ceritakan mengenai up and down serta tantangan
bekerja di fashion industry?
Aku
background-nya memang tidak pernah kerja kantoran. Tapi hal positif yang bisa di pelajari dari pengalaman menjadi guru piano dan sales assistant,
adalah merasakan kerja dari bawah. Untuk up and down-nya banyak
sekali kalau mau disebutin satu-satu gak akan habis.
Production
itu makanan sehari-hari banget.. Kami sudah membuat timeline tapi
ada aja yang ngaret.. Sering kali berkutat di masalah yang sama.. Kalau down banget
sampe rugi sih ya enggak, dan jangan sampe.. Masalah kami lebih ke masalah production di fabric
sourcing dan penjahit.. Tapi itu masalah yang normal untuk dihadapi sama semua brand fashion.
Sekarang
sudah ada berapa orang yang kerja di Cotton Ink?
Dulu
hanya berdua saja sama Carline.. Sekarang, setelah 7 tahun, Alhamdulillah ada
53 employee full time dan part-time.. Belum
termasuk penjahit.
Oiya penasaran nih, kenapa akhirnya membuka toko, padahal secara online Cotton
Ink bisa dibilang sudah sukses?
Cotton
Ink memang fokus di online. Namun tidak ada formulanya kalau besar
sendiri di online tanpa didukung dengan offline.
Kalau ditanya kenapa? Karena ada demand, customer kami request untuk
buka toko.
It’s a
good marketing tool. Karena kalau hanya
kami taruh di toko orang, branding-nya toko orang tersebut. Sedangkan kalau
punya toko sendiri, orang merasakan brand kami secara
menyeluruh. Itu yang ingin kami share kepada customer.
Jadi walaupun toko kecil-kecilan, tapi kami ingin customer kami
mendapatkan experience tersebut. Itu merupakan investasi kami
untuk brand ini.
Aku
perhatikan setelah sudah 7 tahun berjalan, perkembangan Cotton Ink semakin pesat. Bisa
share tips and tricks-nya?
Aku
sama Carline selalu berfikir kalau menjalankan bisnis itu kita harus selalu
naik kelas. Mungkin kemarin kita masih Playgroup lalu TK, sekarang udah lulus
SD.. Setiap tahun tentunya kita harus naik kelas. Sampai sudah lulus
kuliah-pun, pasti kejenjang pekerjaan, pernikahan and so on. Menurut aku semua
bisnis harus mempunyai ‘Big Picture’. Sehingga, walaupun ada angin puyuh menerjang, kami akan tetap bekerja keras dan berusaha sama-sama untuk mencapai
tujuan besar tersebut. Kami saling
melengkapi dan mendukung satu sama lain. Visi yang jelas itu sangat penting
untuk dimiliki oleh semua bisnis.
Namun
kalau boleh jujur, visi yang besar itu tidak dari awal kami miliki. Awal-awal
kami saat menjalani belum tau apa visi besarnya, tapi lama-kelamaan visi itu wajib
dimiliki agar bisa terus ‘naik kelas’.
Kalau
boleh tau, visi besar untuk Cotton Ink itu apa?
Aku
selalu bilang sama Carline, kalau Jepang punya Uniqlo, Swedia punya H&M, ya
Indonesia akan punya Cotton Ink. Karena bagimanapun juga kalau sudah besar di
lokal, pasti international akan lihat.
Untuk
inspirasi sendiri biasanya melihat ke siapa sih dalam berbisnis dan fashion?
Kita
saling melihat satu sama lain, dan complement each other. Selain
itu kami melihat orang tua kita, karena mereka juga entrepreneur.
Kalau untuk fashion, aku ke Carline banget.
Sepertinya
dekat sekali ya sama Carline, boleh ceritakan gak, apa sih plus minus berbisnis
sama sahabat? Dan bagaimana cara untuk menghindari konflik?
Menurut
aku memilih business partner sama seperti memilih pasangan hidup, karena akan selamanya terikat. Dulu awal-awal juga kami sering
berantem. Mungkin karena kami lelah harus mengerjakan semua sendiri.
Tapi ya itu tadi, setiap tahun kami harus naik kelas dan belajar dari
pengalaman. Masa terus menerus mengulangi kesalahan yang sama? Sering kali
solusi dari pertikaian kami adalah harus menambah 2 orang baru dalam tim. Lalu
kami maju lagi ke step berikutnya.
2 tahun
terakhir ini Carline jadi CEO, lalu aku jadi Brand and Marketing Director.
Karena dari sekian banyak kerjaan aku yakin sekali Carline bisa jadi nahkoda company,
sedangkan passion aku memang jualan. Penting memiliki satu
tujuan untuk membuat Cotton Ink sesuai dengan mimpi kami. Kami harus sama-sama
belajar untuk berbesar hati. Saling support kelebihan dan kekurangan
masing-masing partner.
Untuk
sampai ke tahap seperti ini, kami melewati banyak sekali pertikaian. Sampai
hari inipun sesekali masih suka ada berantem. Tapi gak apa-apa, karena setelah
itu kami selalu mendapatkan solusi dari masalah kami. Kami berdua sudah pada
tahap, setiap ada masalah justru melihat sisi positif, bahwa pasti akan ada hal
lebih besar dan lebih baik yang kami dapatkan. Jadi harus menganggap pertikaian
itu seperti kerikil-kerikil saja yang numpang lewat.
Wah
perlu dicontoh ni determinasinya dalam berbisnis! Oiya sudah cukup banyak
berbicara mengenai Cotton Ink, sekarang ingin mendengar sisi motherhood dari
Ria ni. Dulu memiliki anak saat usia Cotton Ink berapa? Apakah ada
perubahan workflow saat pertama kali punya anak?
Aku
menikah saat Cotton Ink usia 4 tahun, dan gak berapa lama punya anak. Wah ingat
jaman-jaman itu gila sih, kalau bisa salto aku salto deh! Namanya juga anak
pertama, dan termasuk salah satu yang punya anak duluan di lingkungan
temen-temen aku, jadi gak ada pembanding. Aku bisa melewati masa-masa itu
karena sangat di support sama Carline. Aku ada 3-4 bulan
sangat moody. Tapi dari situ Carline ambil positive-nya, aku masih
ingat dia bilang “Gw seneng banget sih lo punya anak dari sekarang, jadi gw tau
apa aja yang gw bisa handle, dan apa yg enggak. Dengan lo cuti gw
bisa tau nih kita kurang orang di mana saja”. Untung ada Carline, yang paksa
keluar dari tempurung aku.
Apalagi
dulu gak jodoh sama yang namanya baby sitter, jadi hampir semua lebih
sering diurus sendiri. Ada jaman-jamannya Carline ke rumah aku trus aku melas
karena pingin mandi aja susah. Ara biasa aku bawa kemana-mana dulu. Ada masanya
gak enak Carline keganggu.. Tapi dia gak apa-apa, malah support dan sangat amat membantu.
Sampai ibunya Carline juga ikutan membantu aku. Kalau boleh jujur, aku
benar-benar baru back on track dalam pekerjaan sejak Ara usia 2 tahun.
Boleh
ceritakan schedule harian Ria Sarwono?
Bangun
tidur jam 6, lalu siap sekitar jam 7. Pukul 7.30 aku jalan untuk antar Ara
sekolah, setelah itu langsung berangkat lagi ke kantor dan sampai di kantor
pukul 9. Lalu jam 9.00-11.00 produktif kerja. Jam 11.00 jemput Ara di sekolah.
Kami sama-sama makan siang, aku mandiin dan bersih-bersih. Setelah itu antara dia di
rumah atau dijemput eyang putrinya, sehingga aku bisa balik lagi ke kantor.
Untuk pulang kantor biasanya jam 4.00 sampai 4.30, atau paling telat jam 5an.
Kalau lagi di kantor, dari 8 hours of work, 2-3 jam aku di kantor betul-betul harus fokus sekali, kalau enggak kerjaan bisa tidak beres.
Aktivitas
apa yang suka dilakukan saat ada waktu luang bersama anak dan keluarga?
Sebisa
mungkin aktivitas outdoor yang kena sinar matahari, karena Ara
senang main bola, dan berenang. Quality time colongan ya saat
antar jemput itu. Prinsip aku pokoknya, yang wajib-wajib seperti sandang,
pangan, papan itu Ara lihat aku. Jadi makan, tidur, mandi semua harus sama aku.
Apakah
Ara pernah marah atau kesal kalau Ria berangkat kerja?
Alhamdulillah
sih enggak. Karena aku suka menceritakan tentang pekerjaan aku dan sering
kulibatkan ke kantor. Aku bawa dia, untuk menunjukan tempat kerja aku. Ara
mengerti kalau Ibunya juga punya anak-anak di kantor yang harus diurus. Jadi
selama ini dia pengertian banget dan belum pernah marah atau ngambek masalah
kerjaan.
Aku
juga selalu mencoba untuk jujur. Kalau aku bisa menemani aku bilang bisa, kalau
enggak ya enggak. Aku berusaha untuk tidak pernah memberikan janji palsu.
Sebisa mungkin untuk selalu menepati janji.
Wah
manis sekali anaknya. Jadi apakah tidak pernah melewati masa-masa anak tantrum?
Haha..
ya mengalami! Dulu tuh mau tidur aja jadi masalah.. Sering kali mau melakukan
apa-apa marah dulu. Makan marah dulu, ngantuk marah dulu, ngapain aja dibuat
drama.. Ya namanya juga anak-anak. Cuman kalau sekarang aku sudah pada tahap,
kalau ada drama-drama diberi pengertian saja. Aku memang tidak pernah
memperlakukan Ara seperti bayi..
Thank you for sharing! Pertanyaan
terakhir nih. Kira-kira ada pesan gak untuk para wanita yang ingin masuk ke fashion
industry? Kira-kira quality terpenting apa sih yang harus
dimiliki?
Selera
bagus paling penting! Selain itu harus adaptive, mau belajar, hardworking, dan
fokus. Kebanyakan orang semangat di awal lalu makin lama makin padam.
They provide a breakdown of the main features in table form for easy comparison, plus prose reviews, and-in some cases-screenshots, video reviews, or both. selling payment processing services
ReplyDeleteAny business that accepts credit and debit card payments will need to use merchant services. Merchant Services Referral Program
ReplyDeleteI was looking at some of your posts on this website and I conceive this web site is really instructive! Keep putting up.. How to Become a Payment Processor
ReplyDeleteI wanted to thank you for this great read!! I definitely enjoying every little bit of it I have you bookmarked to check out new stuff you post. Selling Merchant Services
ReplyDeleteI actually came out on your site when concentrating on just simply marginally submits. Awesome technique for upcoming, I'll be book-marking right away stop a person's entire rises. merchant services residual buyout
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete